Senin, 05 November 2012

Kenalan dengan Burung Murai Batu

Murai Batu (Copsychus malabaricus) merupakan burung kicau paling populer. Burung ini termasuk ke dalam family Turdidae. Burng Murai Batu tersebar di seluruh pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa.

Burung murai batu dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namun juga gaya bertarungnya yang sangat atraktif.


Ciri-ciri morfologis

Burung Murai Batu memiliki ukuran tubuh 14-17 cm, hampir seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat warna biru di bagian kepala. Dalam keadaan terkejut atau berkicau ekor panjang ditegakkan

Murai Batu dari Tanjung Redep, Kalimantan Timur menpunyai keunikan di bagian kepalanya yang bergaris putih memanjang ke belakang. Murai Kalimantan memiliki ekor lebih pendek dengan panjang sekitar 8-12 cm, sementara Murai Batu Sumatra 15-20 cm. Ciri khas Murai Batu Kalimantan lainnya adalah apabila berhadapan dengan jenisnya akan menggelembungkan bulu-bulu di sekitar dadanya sambil berkicau.

Murai Batu jantan dibedakan dengan betina dari kicauan yang lebih aktif dan ekor lebih panjang. Jantan tidak bisa menoleransi adanya jantan lain di sekitar wilayahnya. Sementara betina sulit menerima jantan yang tidak dikenal. Biasanya penangkaran dilakukan dengan mengawinkan pasangan dari satu induk.

Perawatan murai batu hampir sama saja dengan perawatan burung lainnya. Hanya saja, Anda harus bisa mengontrol karakter mentalnya yang mudah galak melalui makanan dan extra fooding.

Pola perawatan harian burung Murai Batu:

Pukul 07.00 pagi, sebelum burung dimandikan, angin-anginkan burung terlebih dahulu.
Setiap hari bersihkan kandang, ganti atau tambahkan makanan dan minuman.

Berikan Jangkrik 2-4 ekor pada cepuk EF (mangkuk), jangan pernah memberikan Jangkrik secara langsung pada burung.

Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam setiap hari, mulai pukul 08.00-11.00 WIB. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis.

Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut diteras selama 10 menit.

Siang hari sampai sore sekitar pukul jam 10.00-15.00 WIB, burung dapat diperdengarkan suara master atau burung-burung master.

Jam 15.30 burung diangin-anginkan kembali di teras, boleh dimandikan lagi bila perlu.
Berikan Jangkrik 2 ekor pada cepuk EF.

Jam 18.00 burung dapat kembali di perdengarkan suara master burung selama waktu istirahat sampai pagi hari.


Penanganan burung Murai Batu over birahi:

Salah satu ciri-ciri burung Murai Batu yang sedang dalam masa birahi berlebih (over birahi) antara lain: agresif, bulu mengkorok, nglowo (sayap turun) dan mematuk ornamen sangkar.

Pangkas porsi Jangkrik menjadi 3 ekor pada pagi hari dan 2 ekor pada sore hari.
Lakukan pengembunan (jam 05.30-06.00 WIB).

Berikan Cacing 2 ekor 2 kali dalam seminggu.

Frekuensi mandi dibuat lebih sering, misalnya pagi, siang dan sore.

Lamanya penjemuran dikurangi menjadi 30 menit setiap hari.

Waktu pengumbaran dibuat lebih sering dan lebih lama.


Penanganan burung Murai Batu dalam kondisi drop:

Tingkatkan porsi pemberian Jangkrik menjadi 5 ekor pada pagi hari dan 5 ekor pada sore hari.

Tingkatkan porsi pemberian Kroto menjadi 3 kali dalam seminggu.

Berikan Kelabang 2 ekor seminggu sekali.

Mandi dibuat 2 hari sekali saja.

Burung segera diisolasi, jangan melihat dan mendengar burung Murai Batu lainnya.

Lama penjemuran ditambah menjadi 2-3 jam setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar